“Penyebab Kemunduran Manajemen Nokia dalam Persaingan Pasar”
Elsa
Rizqiani Putri – 30814065 ( 4.2 FS )
1. Profil
Nokia
Nokia
adalah perusahaan asal Finlandia yang sempat menjadi perusahaan telekomunikasi
terbesar di Finlandia dan dunia. Pada tahun 1865, Fredrik Idestam mendirikan
perusahaan penggilingan kayu yang bernama Nokia, kata Nokia sendiri diambil
dari nama sebuah komunitas yang tinggal di Finlandia Selatan. Kemudian pada
sekitar tahun 1950, Nokia mulai membangun divisi elektronik karena Nokia
memandang bahwa industri elektronik menjanjikan masa depan yang cerah,
pendirian divisi ini adalah awal mula terjunnya Nokia ke dalam industri
telekomunikasi. Walaupun pada awalnya Nokia bukanlah perusahaan telekomunikasi,
Nokia berhasil menghasilkan produk-produk telekomunikasi yang dapat diterima
oleh pasar, mulai dari produk telefon genggam sampai perangkat telekomunikasi lainnya
seperti HLR, MSC, BSC, RNC dan lain-lain. Kesuksesan Nokia tidak diperoleh
dengan instan, melainkan melalui proses trial & error yang panjang, Nokia melakukan kesalahan dan
belajar dari kesalahan-kesalahan mereka sehingga Nokia mampu menghasilkan inovasi-inovasi
yang berhasil membuat mereka merajai pasar telefon genggam selama 14 tahun
sebelum tahtanya direbut oleh Samsung. Dalam era kejayaannya, Nokia banyak
mengeluarkan produk telefon genggam dengan model-model yang baru dalam waktu
yang tidak terlalu jauh & langsung diserap dengan baik oleh pasar.
Nokia adalah perusahaan
yang kaya akan inovasi dan berada di industri telekomunikasi yang haus akan
inovasi. Teori inovasi yang berhubungan dengan kasus Nokia adalah distruptive innovation dan
innovation dilema yang
diutarakan oleh Clayton M. Christensen, seorang ahli di bidang inovasi bisnis.
Distruptive innovation adalah sebuah inovasi yang membantu
munculnya pasar baru, namun inovasi ini mengganggu pasar yang sudah ada,
mengganti teknologi yang sudah ada sebelumnya. Dalam kata lain distruptive innovation memberikan
kemajuan akan suatu layanan atau produk dengan cara yang tidak diduga oleh
pasar.
Clayton M. Christensen, seorang ahli di
bidang inovasi bisnis, mengatakan bahwa “distruptive innovation dapat merusak
kesuksesan perusahaan incumbent yang sudah memiliki respon yang baik terhadap
kebutuhan pelanggan dan didukung oleh riset yang baik.” Perusahaan incombent terkesan terlambat menghadapi distruptive innovation, mereka seolah-olah tidak menduga bahwa ada inovasi baru
yang berhasil mengalahkan layanan atau produk yang sudah mereka kembangkan
secara bertahap, hal itulah yang disebut innovator
dilema. Innovator dilema terjadi ketika suatu perusahaan ragu dalam
mengembangkan inovasi baru yang radikal karena perusahaan tersebut masih
menikmati keuntungan dari inovasi yang telah mereka lahirkan di masa lampau,
selain itu mereka juga khawatir bahwa bila mereka menghasilkan inovasi baru
yang radikal, maka inovasi tersebut akan menghantam produk yang saat ini
dianggap mampu memberikan keuntungan.
Masa
kejayaan prusahaan
ponsel terkemuka Nokia yang dulu di tahun 2002 sampai kalau tidak salah taun
2010 masih merajai ponsel dunia. Memang benar dulu Nokia menjadi vendor ponsel
yang menguasai pasaran. Saya masih ingat waktu itu kurang lebih 40% pasaran
ponsel dunia di pegang oleh merk Nokia, sedangkan sisanya dikuasai pesaingnya
seperti Siemens, Motorola, Sony Erricson, Samsung, dan sebagian kecil berasal
dari vendor ponsel yang belum ternama. Waktu itu vendor ponsel asal Korea
Selatan, Samsung memang masih tenggelam namanya, tapi ternyata saat ini menjadi
titik balik kesuksesan Samsung yang sudah mengalahkan Nokia.
Walaupun kini Nokia tidak sejaya
dulu, namun ada kenangan tersendiri akan produk produknya yang dulu sempat
booming. Dulu memang Nokia sering berinovasi, mengeluarkan ponsel dengan fitur
yang beda dari ponsel lain, selalu baru, selalu fresh, selalu unik. Sempat juga
saya menjadi pengguna setia ponsel Nokia mulai dari tahun 2008 sampai 2014.
Tahun 2014 kemarin saya tertarik dengan Android dan 2016 belum lama ini saya
mengganti android saya dengan iPhone, sehingga ponsel Nokia saya terlupakan.
Terakhir kali saya pegang ponsel Nokia adalah Nokia 5730 yang bisa bertahan
hingga 2 tahun lebih.
Memang waktu itu saya akui sendiri
dan sudah saya coba sendiri, diantara merk ponsel hanya Nokia yang saya rasa
bisa awet digunakan. Belum pernah saya klaim garansi ponsel Nokia gara gara
rusak. Memang kerusakan ponsel Nokia yang saya pakai semuanya dikarenakan
kesalahan penggunaan. Tapi bagi saya Nokia memang ponsel yang awet. Di saat
ponsel China mulai bermunculan yang menawarkan harga murah pun saya tidak
beralih dari Nokia. Mungkin anda yang sudah mengenal ponsel di tahun 2007 atau
2008 lah, pasti anda sempat tahu munculnya ponsel China dengan desain yang
hampir mirip dengan Nokia. Waktu itu banyak sekali ponsel China yang meniru
desain ponsel Nokia, hingga hampir mirip.
2.
Kekuatan
Persaingan
Kemampuan
Nokia dalam berinovasi tidak perlu diragukan lagi, dengan didukung oleh riset
yang baik dan kemampuan Nokia dalam melihat apa yang diinginkan oleh
pelanggannya berhasil membuat Nokia menjadi produsen telefon genggam nomor 1 di
dunia selama 14 tahun. Perkembangan gaya hidup masyarakat pastilah berubah dari
waktu ke waktu, Nokia tetap menyadari hal tesebut sehingga Nokia terus
melakukan riset dan mengeluarkan model-model produk baru agar masyarakat tidak
meninggalkan merk Nokia. Masyarakat mengenal Nokia sebagai produsen telefon
genggam terbaik di masanya.
Bencana mulai datang ketika Apple mengeluarkan distruptive innovation, yaitu
telefon layar sentuh yang didukung oleh beragam aplikasi walaupun sebenarnya
teknologi layar sentuh milik Apple bukanlah yang pertama di dunia. Teknologi
layar sentuh telah lahir di laboratorium akademik dan korporat sejak 1960,
teknologi ini sempat dipergunakan oleh HP melalui produk komputer layar
sentuhnya, HP-150, pada 1983. Bencana bagi Nokia diperparah lagi dengan
hadirnya Samsung sebagai pengikut Apple dengan mengeluarkan telefon genggam
layar sentuh yang didukung oleh OS Android milik Google. Masyarakat kelas atas
dan menengah yang dahulu menjadi pelanggan setia Nokia mulai beralih ke Apple
dan Samsung karena inovasi dan reputasi. Sementara itu Nokia akan sulit
bersaing bila mentargetkan masyarakat kelas bawah karena di sana telefon
genggam buatan Cina sangat sulit ditandingi, terutama dari segi harga.
Sebenarnya Nokia mampu menghasilkan inovasi-inovasi dan
kampanye-kampanye yang lebih agresif ketika Nokia masih ada dipuncak, namun
Nokia mengalami apa yang disebut oleh Cyalton Christensen, seorang pakar dalam
inovasi, sebagai dilema inovator. Nokia terlena dan ragu untuk membuat inovasi
yang drastis karena khawatir inovasinya akan menghantam produk utamanya yang
pada saat itu masih laku di pasaran.
Nokia tentunya melakukan perlawanan agar mahkotanya tidak
direbut oleh perusahaan lain, Nokia mengeluarkan telefon genggam layar sentuh
juga dan menggandeng OS Windows Phone milik Microsoft. Microsoft sendiri adalah
produsen OS komputer nomor 1 di dunia, maka pilihan Nokia dalam menggandeng
Microsoft bukanlah keputusan yang salah, OS produksi Microsoft tentunya adalah
OS dengan kualitas yang baik. Kalau dilihat dari jumlah aplikasi yang
mendukung, OS Windows Phone memang kalah jauh dibandingkan jumlah aplikasi
pendukung pada OS IOS dan OS Android, namun itu hanyalah kuantitas, bukan
kualitas. Walau jumlah aplikasinya lebih sedikit, bila kualitas dan harga dari
aplikasi tersebut ekonomis atau gratis, maka OS Windows Phone ini pastilah
mampu menjadi daya tarik bagi pelanggan.
Nokia
sudah mengeluarkan hampir segala kemampuan yang mereka miliki, mulai dari
mengeluarkan telefon genggam layar sentuh sampai beralih dari OS Symbian ke OS Windows
Phone. Semua itu merupakan usaha yang baik, kondisi Nokia tentunya akan lebih
terpuruk apabila strategi di atas tidak diterapkan. Masalahnya adalah, ketika
Nokia menerapkan strategi di atas, masyarakat masih memiliki mindset bahwa
Nokia merupakan produsen telefon genggam yang nyaman digunakan untuk telefon
dan SMS, bukan produsen gadget (perangkat) multifungsi dengan
kemampuan yang luas.
Nokia
harus lebih agresif lagi dalam melakukan penetrasi pasar dan pengembangan
produk. Nokia harus terus melakukan penyempurnaan terhadap produknya dengan
diiringi oleh marketing yang tepat agar produk-produknya dapat diserap dengan
baik lagi oleh pasar. Masyarakat kelas menengah dan kelas atas harus “dididik”
agar menyadari bahwa Nokia bukan hanya produsen telefon genggam biasa tapi
produsen telefon genggam yang sudah sekuat dan secanggih mini komputer, kuat
untuk melakukan multitasking hal-hal yang bisa dilakukan komputer dan sedang
trend tapi dapat dibawa ke mana-mana seperti untuk social media, email, GPS,
messeger dan lain-lain. Marketing dari Nokia juga harus digalakan ke arah
peningkatan reputasi pemilik telefon genggam Nokia yang baru sehingga orang
yang menggenggam telefon genggam dengan merk Nokia memiliki “gengsi” menjadi
pemilik gadget canggih yang bisa segalanya.
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa keuntungan dan pasar
Nokia terus menurun sementara keuntungan dari Apple & Samsung, kompetitor
utamanya di dunia telefon genggam, terus mendapatkan keuntungan.
Android
2.2
Jumlah Aplikasi: 95.154
App Store: Android Market
Symbian
3
Jumlah Aplikasi: 19.625
Store: OVI Store
Windows
Phone 7
Jumlah Aplikasi: 292
Store: Marketplace
iOS
4.1
Jumlah Aplikasi: 252.769
App Store: App Store
Blackberry
6
Jumlah Aplikasi: 13.869
App Store: BB App World
Dapat diketahui bahwa jumlah aplikasi dari OS besutan IOS milik Apple
dan aplikasi dari OS Android yang digunakan oleh Samsung memiliki jumlah yang
jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah aplikasi yang ada pada OS
Symbian maupun OS Windows Phone. Jumlah aplikasi yang beragam dapat menjadi
daya tarik terhadap pengguna telefon genggam saat ini sebab telefon genggam
saat ini tidak hanya digunakan untuk menelefon atau SMS aja, tapi digunakan
untuk hal-hal yang lain seperti bermain game on-line, memantau harga saham, media sosial, GPS
dan lain-lain.
Setelah
melihat Persaingan Sengit diatas dapat dilihat bahwa nokia mempunyai kekurangan
yang menonjol diantaranya :
1.
Nokia terlalu lamban dalam merespon pasar
2.
Nokia kurang inovasi
3.
Eksekusi adalah kunci
4.
Kurang Memperhatikan Pasar Kelas Bawah
5.
Terlalu fokus pada sistem operasi Symbian
6.
Nokia sebagai dilema inovator
7. Tidak adanya layanan Google seperti Play Store,
sehingga aplikasi Android hanya bisa diinstal melalui pihak ketiga seperti
komputer dan lainnya.
Adapun strategi baru yang diterapkan nokia untuk mengantisipasi permasalah di atas adalah sebagai berikut:
v Melakukan perombakan manajemen dilakukan untuk meningkatkan model operasi serta mendukung pertumbuhan penjualan ponsel.
v Melakukan peningkatan pada layanan berbasis lokal, investasi pada layanan berbasis lokasi pada area kompetitif untuk produk Nokia dan peluasan platform berbasis lokasi untuk industri yang baru.
v Menginvestasikan secara kuat dalam produk dan pengalaman yang menjadikan smartphone Lumia berjaya serta tersedia untuk konsumen yang luas.
v Meningkatkan daya saing dan profitabilitas pada bisnis fitur ponsel.
v Perampingan divisi, Nokia menghapus divisi penjualan.
v Memutuskan untuk fokus pada costumer.
v Meningkatkan transparasi dan memotong cost
v Nokia Lumina – Berkolaborasi dengan Microsoft – Connecting another billion, merambah market baru (Nokia.com).
v Melayangkan gugatan penyalahgunaan hak paten atas produk pesaing.
Tetapi untuk strategi baru yang telah diterapkan oleh nokia tersebut tidak membuahkan hasil yang maksimal dimana hal tersebut berakibat pada kemunduran nokia.
Dari
data di atas, saya pribadi pesimis jika NOKIA sanggup menghadang keperkasaan
Android, kemolekan dari Apple. menurut saya adalah pertama pasar pengguna smartphone digerakan
oleh informasi atau ulasan-ulasan yang menarik di berbagai media khususnya
media internet, kedua digerakan oleh dukungan berbagai aplikasi yang banyak
dibuat oleh developer pada sistem operasi tersebut, dan yang
ketiga adalah dukungan dari vendor smartphone terhadap aplikasi
yang diusungnya. Satu hal lagi jika merujuk kepada istilah pada buku terbaru
Renald Kasali “Cracking Zone”, masyarakat sekarang cenderung menginginkan
produk yang “freemium” yaitu produk yang “free”, gratis atau supermurah dengan
kualitas yang tetap premium. Semua keunggulan tersebut diatas saat ini dimiliki
oleh Android, hingga menjadikannya sebagai sistem operasi smartphone yang
terdepan.
Akankah NOKIA kembali menguasai pasar smartphone dengan menggandeng
Microsoft? kemungkinan itu tetap ada walaupun kecil menurut saya, syaratnya
NOKIA dan Microsoft dapat membuat strategi yang tepat dalam mengahadapi Android
beserta vendor-vendor smartphone pendukungnya. Sedikit pemikiran
nakal saya mengatakan, bukannya sebaliknya Microsoft memanfatkan Nokia untuk
menaikan pangsa pasar smartphone-nya. Kita tunggu perkembangannya
beberapa bulan mendatang.
3. Fishbone Diagram
Diagram diatas menampilkan sebab-sebab Nokia mengalami Kemunduran
daftar pustaka :
Christensen, Clayton. The Innovator’s Dilemma: When New Technologies Cause Great Firm to Fail. Harvard Business School Press