Minggu, 08 Mei 2016

ROOT CAUSE ANALYSIS PERUSAHAAN NOKIA

“Penyebab Kemunduran Manajemen Nokia dalam Persaingan Pasar”

Elsa Rizqiani Putri – 30814065 ( 4.2 FS )



1. Profil Nokia

Nokia adalah perusahaan asal Finlandia yang sempat menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar di Finlandia dan dunia. Pada tahun 1865, Fredrik Idestam mendirikan perusahaan penggilingan kayu yang bernama Nokia, kata Nokia sendiri diambil dari nama sebuah komunitas yang tinggal di Finlandia Selatan. Kemudian pada sekitar tahun 1950, Nokia mulai membangun divisi elektronik karena Nokia memandang bahwa industri elektronik menjanjikan masa depan yang cerah, pendirian divisi ini adalah awal mula terjunnya Nokia ke dalam industri telekomunikasi. Walaupun pada awalnya Nokia bukanlah perusahaan telekomunikasi, Nokia berhasil menghasilkan produk-produk telekomunikasi yang dapat diterima oleh pasar, mulai dari produk telefon genggam sampai perangkat telekomunikasi lainnya seperti HLR, MSC, BSC, RNC dan lain-lain. Kesuksesan Nokia tidak diperoleh dengan instan, melainkan melalui proses trial & error yang panjang, Nokia melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan-kesalahan mereka sehingga Nokia mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang berhasil membuat mereka merajai pasar telefon genggam selama 14 tahun sebelum tahtanya direbut oleh Samsung. Dalam era kejayaannya, Nokia banyak mengeluarkan produk telefon genggam dengan model-model yang baru dalam waktu yang tidak terlalu jauh & langsung diserap dengan baik oleh pasar.

Nokia adalah perusahaan yang kaya akan inovasi dan berada di industri telekomunikasi yang haus akan inovasi. Teori inovasi yang berhubungan dengan kasus Nokia adalah distruptive innovation dan innovation dilema yang diutarakan oleh Clayton M. Christensen, seorang ahli di bidang inovasi bisnis.
Distruptive innovation adalah sebuah inovasi yang membantu munculnya pasar baru, namun inovasi ini mengganggu pasar yang sudah ada, mengganti teknologi yang sudah ada sebelumnya. Dalam kata lain distruptive innovation memberikan kemajuan akan suatu layanan atau produk dengan cara yang tidak diduga oleh pasar.
Clayton M. Christensen, seorang ahli di bidang inovasi bisnis, mengatakan bahwa “distruptive innovation dapat merusak kesuksesan perusahaan incumbent yang sudah memiliki respon yang baik terhadap kebutuhan pelanggan dan didukung oleh riset yang baik.” Perusahaan incombent terkesan terlambat menghadapi distruptive innovation, mereka seolah-olah tidak menduga bahwa ada inovasi baru yang berhasil mengalahkan layanan atau produk yang sudah mereka kembangkan secara bertahap, hal itulah yang disebut innovator dilema. Innovator dilema terjadi ketika suatu perusahaan ragu dalam mengembangkan inovasi baru yang radikal karena perusahaan tersebut masih menikmati keuntungan dari inovasi yang telah mereka lahirkan di masa lampau, selain itu mereka juga khawatir bahwa bila mereka menghasilkan inovasi baru yang radikal, maka inovasi tersebut akan menghantam produk yang saat ini dianggap mampu memberikan keuntungan.

Masa kejayaan prusahaan ponsel terkemuka Nokia yang dulu di tahun 2002 sampai kalau tidak salah taun 2010 masih merajai ponsel dunia. Memang benar dulu Nokia menjadi vendor ponsel yang menguasai pasaran. Saya masih ingat waktu itu kurang lebih 40% pasaran ponsel dunia di pegang oleh merk Nokia, sedangkan sisanya dikuasai pesaingnya seperti Siemens, Motorola, Sony Erricson, Samsung, dan sebagian kecil berasal dari vendor ponsel yang belum ternama. Waktu itu vendor ponsel asal Korea Selatan, Samsung memang masih tenggelam namanya, tapi ternyata saat ini menjadi titik balik kesuksesan Samsung yang sudah mengalahkan Nokia.
Walaupun kini Nokia tidak sejaya dulu, namun ada kenangan tersendiri akan produk produknya yang dulu sempat booming. Dulu memang Nokia sering berinovasi, mengeluarkan ponsel dengan fitur yang beda dari ponsel lain, selalu baru, selalu fresh, selalu unik. Sempat juga saya menjadi pengguna setia ponsel Nokia mulai dari tahun 2008 sampai 2014. Tahun 2014 kemarin saya tertarik dengan Android dan 2016 belum lama ini saya mengganti android saya dengan iPhone, sehingga ponsel Nokia saya terlupakan. Terakhir kali saya pegang ponsel Nokia adalah Nokia 5730 yang bisa bertahan hingga 2 tahun lebih.
Memang waktu itu saya akui sendiri dan sudah saya coba sendiri, diantara merk ponsel hanya Nokia yang saya rasa bisa awet digunakan. Belum pernah saya klaim garansi ponsel Nokia gara gara rusak. Memang kerusakan ponsel Nokia yang saya pakai semuanya dikarenakan kesalahan penggunaan. Tapi bagi saya Nokia memang ponsel yang awet. Di saat ponsel China mulai bermunculan yang menawarkan harga murah pun saya tidak beralih dari Nokia. Mungkin anda yang sudah mengenal ponsel di tahun 2007 atau 2008 lah, pasti anda sempat tahu munculnya ponsel China dengan desain yang hampir mirip dengan Nokia. Waktu itu banyak sekali ponsel China yang meniru desain ponsel Nokia, hingga hampir mirip.

2.    Kekuatan Persaingan
Kemampuan Nokia dalam berinovasi tidak perlu diragukan lagi, dengan didukung oleh riset yang baik dan kemampuan Nokia dalam melihat apa yang diinginkan oleh pelanggannya berhasil membuat Nokia menjadi produsen telefon genggam nomor 1 di dunia selama 14 tahun. Perkembangan gaya hidup masyarakat pastilah berubah dari waktu ke waktu, Nokia tetap menyadari hal tesebut sehingga Nokia terus melakukan riset dan mengeluarkan model-model produk baru agar masyarakat tidak meninggalkan merk Nokia. Masyarakat mengenal Nokia sebagai produsen telefon genggam terbaik di masanya.
Bencana mulai datang ketika Apple mengeluarkan distruptive innovation, yaitu telefon layar sentuh yang didukung oleh beragam aplikasi walaupun sebenarnya teknologi layar sentuh milik Apple bukanlah yang pertama di dunia. Teknologi layar sentuh telah lahir di laboratorium akademik dan korporat sejak 1960, teknologi ini sempat dipergunakan oleh HP melalui produk komputer layar sentuhnya, HP-150, pada 1983. Bencana bagi Nokia diperparah lagi dengan hadirnya Samsung sebagai pengikut Apple dengan mengeluarkan telefon genggam layar sentuh yang didukung oleh OS Android milik Google. Masyarakat kelas atas dan menengah yang dahulu menjadi pelanggan setia Nokia mulai beralih ke Apple dan Samsung karena inovasi dan reputasi. Sementara itu Nokia akan sulit bersaing bila mentargetkan masyarakat kelas bawah karena di sana telefon genggam buatan Cina sangat sulit ditandingi, terutama dari segi harga.
Sebenarnya Nokia mampu menghasilkan inovasi-inovasi dan kampanye-kampanye yang lebih agresif ketika Nokia masih ada dipuncak, namun Nokia mengalami apa yang disebut oleh Cyalton Christensen, seorang pakar dalam inovasi, sebagai dilema inovator. Nokia terlena dan ragu untuk membuat inovasi yang drastis karena khawatir inovasinya akan menghantam produk utamanya yang pada saat itu masih laku di pasaran.
Nokia tentunya melakukan perlawanan agar mahkotanya tidak direbut oleh perusahaan lain, Nokia mengeluarkan telefon genggam layar sentuh juga dan menggandeng OS Windows Phone milik Microsoft. Microsoft sendiri adalah produsen OS komputer nomor 1 di dunia, maka pilihan Nokia dalam menggandeng Microsoft bukanlah keputusan yang salah, OS produksi Microsoft tentunya adalah OS dengan kualitas yang baik. Kalau dilihat dari jumlah aplikasi yang mendukung, OS Windows Phone memang kalah jauh dibandingkan jumlah aplikasi pendukung pada OS IOS dan OS Android, namun itu hanyalah kuantitas, bukan kualitas. Walau jumlah aplikasinya lebih sedikit, bila kualitas dan harga dari aplikasi tersebut ekonomis atau gratis, maka OS Windows Phone ini pastilah mampu menjadi daya tarik bagi pelanggan.
Nokia sudah mengeluarkan hampir segala kemampuan yang mereka miliki, mulai dari mengeluarkan telefon genggam layar sentuh sampai beralih dari OS Symbian ke OS Windows Phone. Semua itu merupakan usaha yang baik, kondisi Nokia tentunya akan lebih terpuruk apabila strategi di atas tidak diterapkan. Masalahnya adalah, ketika Nokia menerapkan strategi di atas, masyarakat masih memiliki mindset bahwa Nokia merupakan produsen telefon genggam yang nyaman digunakan untuk telefon dan SMS, bukan produsen gadget (perangkat) multifungsi dengan kemampuan yang luas.
Nokia harus lebih agresif lagi dalam melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Nokia harus terus melakukan penyempurnaan terhadap produknya dengan diiringi oleh marketing yang tepat agar produk-produknya dapat diserap dengan baik lagi oleh pasar. Masyarakat kelas menengah dan kelas atas harus “dididik” agar menyadari bahwa Nokia bukan hanya produsen telefon genggam biasa tapi produsen telefon genggam yang sudah sekuat dan secanggih mini komputer, kuat untuk melakukan multitasking hal-hal yang bisa dilakukan komputer dan sedang trend tapi dapat dibawa ke mana-mana seperti untuk social media, email, GPS, messeger dan lain-lain. Marketing dari Nokia juga harus digalakan ke arah peningkatan reputasi pemilik telefon genggam Nokia yang baru sehingga orang yang menggenggam telefon genggam dengan merk Nokia memiliki “gengsi” menjadi pemilik gadget canggih yang bisa segalanya.


Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa keuntungan dan pasar Nokia terus menurun sementara keuntungan dari Apple & Samsung, kompetitor utamanya di dunia telefon genggam, terus mendapatkan keuntungan.


Android 2.2
Jumlah Aplikasi: 95.154
App Store: Android Market
Symbian 3
Jumlah Aplikasi: 19.625
Store: OVI Store
Windows Phone 7
Jumlah Aplikasi: 292
Store: Marketplace
iOS 4.1
Jumlah Aplikasi: 252.769
App Store: App Store
Blackberry 6
Jumlah Aplikasi: 13.869
App Store: BB App World

Dapat diketahui bahwa jumlah aplikasi dari OS besutan IOS milik Apple dan aplikasi dari OS Android yang digunakan oleh Samsung memiliki jumlah yang jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah aplikasi yang ada pada OS Symbian maupun OS Windows Phone. Jumlah aplikasi yang beragam dapat menjadi daya tarik terhadap pengguna telefon genggam saat ini sebab telefon genggam saat ini tidak hanya digunakan untuk menelefon atau SMS aja, tapi digunakan untuk hal-hal yang lain seperti bermain game on-line,  memantau harga saham, media sosial, GPS dan lain-lain.

Setelah melihat Persaingan Sengit diatas dapat dilihat bahwa nokia mempunyai kekurangan yang menonjol diantaranya :

1.    Nokia terlalu lamban dalam merespon pasar
2.    Nokia kurang inovasi
3.    Eksekusi adalah kunci
4.    Kurang Memperhatikan Pasar Kelas Bawah
5.    Terlalu fokus pada sistem operasi Symbian
6.    Nokia sebagai dilema inovator
7.  Tidak adanya layanan Google seperti Play Store, sehingga aplikasi Android hanya bisa diinstal melalui pihak ketiga seperti komputer dan lainnya.

Adapun strategi baru yang diterapkan nokia untuk mengantisipasi permasalah di atas adalah sebagai berikut:

v  Melakukan perombakan manajemen dilakukan untuk meningkatkan model operasi serta mendukung pertumbuhan penjualan ponsel.
v   Melakukan peningkatan pada layanan berbasis lokal, investasi pada layanan berbasis lokasi pada area kompetitif untuk produk Nokia dan peluasan platform berbasis lokasi untuk industri yang baru.
v  Menginvestasikan secara kuat dalam produk dan pengalaman yang menjadikan smartphone Lumia berjaya serta tersedia untuk konsumen yang luas.
v     Meningkatkan daya saing dan profitabilitas pada bisnis fitur ponsel.
v     Perampingan divisi, Nokia menghapus divisi penjualan.
v     Memutuskan untuk fokus pada costumer.
v     Meningkatkan transparasi dan memotong cost
v   Nokia Lumina – Berkolaborasi dengan Microsoft – Connecting another billion, merambah market baru (Nokia.com).
v     Melayangkan gugatan penyalahgunaan hak paten atas produk pesaing.

Tetapi untuk strategi baru yang telah diterapkan oleh nokia tersebut tidak membuahkan hasil yang maksimal dimana hal tersebut berakibat pada kemunduran nokia.



Dari data di atas, saya pribadi pesimis jika NOKIA sanggup menghadang keperkasaan Android, kemolekan dari Apple. menurut saya adalah pertama pasar pengguna smartphone digerakan oleh informasi atau ulasan-ulasan yang menarik di berbagai media khususnya media internet, kedua digerakan oleh dukungan berbagai aplikasi yang banyak dibuat oleh developer pada sistem operasi  tersebut, dan yang ketiga adalah dukungan dari vendor smartphone terhadap aplikasi yang diusungnya. Satu hal lagi jika merujuk kepada istilah pada buku terbaru Renald Kasali “Cracking Zone”, masyarakat sekarang cenderung menginginkan produk yang “freemium” yaitu produk yang “free”, gratis atau supermurah dengan kualitas yang tetap premium. Semua keunggulan tersebut diatas saat ini dimiliki oleh Android, hingga menjadikannya sebagai sistem operasi smartphone yang terdepan.
                Akankah NOKIA kembali menguasai pasar smartphone dengan menggandeng Microsoft? kemungkinan itu tetap ada walaupun kecil menurut saya, syaratnya NOKIA dan Microsoft dapat membuat strategi yang tepat dalam mengahadapi Android beserta vendor-vendor smartphone pendukungnya. Sedikit pemikiran nakal saya mengatakan, bukannya sebaliknya Microsoft memanfatkan Nokia untuk menaikan pangsa pasar smartphone-nya. Kita tunggu perkembangannya beberapa bulan mendatang.

3. Fishbone Diagram



Diagram diatas menampilkan sebab-sebab Nokia mengalami Kemunduran


daftar pustaka :
Christensen, Clayton. The Innovator’s Dilemma: When New Technologies Cause Great Firm to Fail. Harvard Business School Press